Menag Minta Manasik Tak Hanya Mengenai Fiqih Haji, Namun Juga Tasawwuf
Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya manasik haji yang tidak hanya berorientasi pada fikih dan teknis, tetapi juga mengandung filosofi, tasawuf, dan sosiologi.
Hal ini disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar saat menyampaikan materi bagi narasumber pemberi materi bimbingan manasik se-Indonesia.
"Kita ingin ada filosofinya di dalamnya, ada tasawufnya yang sangat dalam, ada sosiologisnya yang sangat dalam, dan yang paling penting adalah tasawufnya. Sebab ini adalah peristiwa spiritual, dan apabila kering dengan spiritual, kemabruran sangat susah dipertanggungjawabkan," kata Menag dalam pertemuan yang dilaksanakan secara daring Kamis (27/2/2025).
Menag juga meminta agar buku manasik diisi dengan filosofi, tasawuf, dan historis. Selain itu, manasik harus memberikan pencerahan tentang cara menghidupkan kembali kemabruran haji, yang tidak hanya diukur saat pelaksanaan haji di Makkah (makbul), tetapi juga setelahnya.
"Haji makbul atau kemakbulanÿ itu diukur pada saat pelaksanaan haji itu di Makkah, ketika rukun syarat sudah terpenuhi itu makbul, tapi belum tentu juga semua haji makbul itu mabrur," jelas Menag Nasaruddin.
“Target kita tidak hanya untuk mempersembahkan haji makbul kepada jemaah tapi juga bagimana mereka menjadi haji mabrur, nah kemabruran haji itu diukur setelah pelaksanaan haji seberapa besar kebaikan dengan tetangganya, sudah loyal kepada agamanya, sudah taat kepada pemimpinnya atau sudah mencintai negerinya itu yang akan kita jadikan patokan,” terangnya.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief melaporkan bahwa persiapan terus dilakukan oleh seluruh jajaran Ditjen PHU antara lain mengunjungi bebepara Ormas Islam diantaranya adalah PBNU, Muhammadiyah serta PP Persis.
“Kami juga sudah berkomunikasi dan mengunjungi beberapa ormas islam diantaranya PBNU, Muhammadiyah serta Persis terkait isu-isu dan sosialisasi hal-hal terbaru yang mungkin kita lakukan pada saat haji nanti,” kata Hilman.